Subscribe:

Minggu, 25 November 2012



Adversity Quotient (AQ)

Adversity Quotient atau biasa disingkat AQ merupakan hal yang sama pentingnya dengan IQ (Intelectual Quotient), EQ (Emotional Quotient), dan juga SQ (Spiritual Quotient). Namun, Adversity Quotient masih terdengar asing, karena baru dikemukakan pada kisaran tahun 1999 oleh seorang ahli psikologi, Paul G Stoltz dalam bukunya Adversity Quotient – Turning Obtacles in to Oppurnity.

Latar belakang adanya Adversity Quotient adalah kesehatan jiwa masyarakat yang kian lama kian menurun akibat tekanan yang dihadapi, tekanan ini bisa menjadi pemicu terganggunya kesehatan jiwa. Salah satunya adalah tekanan akan adanya tantangan baru bila kita tidak dapat mengontrol emosi kita, itu akan menjadi stressor baru yang dapat mengganggu kesehatan psikis maupun fisik.





Adversity Quotient adalah upaya untuk menghadapi daya juang seseorang dalam menghadapi masalah, bagaimana seseorang betahan dan keluar dari kondisi yang penuh dengan tekanan dan tantangan (Paul Sholtz-2000-). Menggambarkan bagaimana respon kita menghadapi perubahan dan tantangan, secara keseluruhan dan efektif.  Cara menganalisis tingkat kecerdasan seseorang adalah  ketika normal, yamg bekerja adalah IQ, EQ, dan SQ. Sedangkan ketika kritis yang berperan adalah AQ .



Peranan AQ dalam kehidupan seseorang sangat besar, orang yang memiliki AQ dan menerapkan dalam hidupnya akan mempunyai ciri seperti ini, diantaranya:
1. Lebih mampu mencapai cita-cita lebih tinggi dibandingkan dengan orang lain, karena menganggap     semua cobaan menjadi tantangan.
2. Tidak menyalahkan orang lain atas kemunduran yang terjadi pada dirinya, bertanggung jawab untuk menyelesaikan masalah yang ada, dan tetap bersyukur dengan apa yang didapat dan memaksimalkannya.
3. Maxwell (2001), mengungkapkan bahwa perbedaan antara orang yang berprestasi biasa dengan orang yang prestasinya luar biasa adalah persepsinya tentang kegagalan serta bagaimana responnya terhadap kegagalan. Kegagalan hanyalah suatu proses yang harus dilalui dan memacu kita untuk mencoba berusaha lebih keras dengan cara yang berbeda

Indikator Tinggi-Rendahnya AQ:
Control, Origin and Ownership, Reach, Endurance (CO2RE)

1. Control
How much control do you perceive to have over the adverse event?
Kita harus lebih berdaya dan proaktif, teguh dalam niat, dan cekatan dalam mencari penyelesaian suatu masalah
2. Origin and Ownership
Who or what was the origin of the adversity?
How person recognize the cosequence of adversity?
Rendah: menyalahkan diri sendiri memberi label negatif, depresi, bunuh diri. Menjadi lumpuh oleh rasa bersalah berlebihan namun tidak melakukan tindakan apapun.
Tinggi: pertahankan perspektif diri, melakukan perbaikan terus menerus, tetap gembira dan menyesal sewajarnya
3. Reach
How far will the outcomes affect the other areas of my life?
Melihat kesulitan sebagai sesuatu yang sepesifik, mengefektifkan diri dalam menahan kesulitan untuk tetap berada ditempatnya, tidak merambat ke aspek kehidupan yang lain, sehingga tidak berpengaruh terlalu besar dalam kinerja seseorang dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
4. Endurance
How long will the adversity last?
How long will the cause of the adversity last?
Menganggap kesulitan bersifat sementara , tidak akan terjadi lagi, dan menimbulkan energi positif dan rasa optimis dalam diri.

Katagori manusia berdasarkan cara mengadapi tantangan (Adversity Respons Profile):
1. Quitter
Tipe Quitter adalah tipe orang yang tidak tahan dengan masalah, setiap ada masalah Ia selalu ketakutan serta menarik diri dan ingin pergi dari permasalahan, atau dalam kata lain pengecut. Mudah putus asa, tidak memiliki visi yang jelas untuk masa depannya, dan cenderung enggan menerima perubahan baru dalam hidupnya, menjadikan tantangan sebagai cobaan yang berat, malah terkadang lebih besar dari yang seharusnya.

2. Camper
Tipe Camper adalah tipe orang yang lebih memiliki daya juang yang lebih besar dari pada tipe quitter. Namun, mereka terhenti ketika mereka sudah merasa puas (berhenti pada zona nyaman)dengan apa yang telah dicapai walaupun sebenarnya tantangan dalam menghadapi hidup masih banyak kedepan. Untuk melangkah keluar dari zona nyaman tersebut mereka sangat ragu dan banyak perhitungan, takut mengambil resiko, takut meninggalkan kondisi yang sudah mereka dapat melalui perjuangan yang tidak disertai dengan usaha keras. Akan tetapi, dengan semakin berkembangnya kehidupan global dan semakin banyaknya tantangan yang akan dihadapi,  seiring dengan berjalannya waktu Tipe Camper ini dapat turun tingkat dan berubah menjadi Tipe Quitter

3. Climber
Tipe Climber adalah tipe orang yang paling atas dalam tingkatan adversity quotient, mereka memiliki semua sifat yang diharapkan pada teori AQ ini. Mereka pantang menyerah walaupun ada cobaan yang menghampiri mereka bersedia mengatasi rasa takut dan menjadikan cobaan sebagai tantangan yang akan membawa perubahan ke arah yang lebih positif, bersedia mengambil resiko serta tidak takut untuk mempertahankan visi hidup, tujuan, dan cita-cita yang mereka idamkan, tidak berhenti mendaki sebelum sampai pada puncak tertinggi dari impiannya. Walaupun terkadang merasa lelah, mundur, atau bahkan gagal, mereka akan berhenti sejenak untuk mengevaluasi, meninjau, dan merencanakan langkah baru yang lebih baik untuk terus maju menggapai tujuan hidup dan meraih kesuksesan.

Faktor AQ:
1. Daya saing
2. Kinerja
3. Pemberdayaan
4. Pembelajaran
5. Harapan dan sikap
6. Kesehatan emosional
7. Produktifitas
8. Kreativitas
9. Kemampuan mengambil resiko
10. Ketekunan belajar
11. Kemampuan merangkul perubahan
12. Keuletan

Cara menanggulangi AQ yang rendah: LEAD

  1. Listen, dengarkan suara hati anda apakah anda termasuk yang mempunyai AQ tinggi atau kah rendah, sugestikan diri anda untuk berpikir bahwa diri anda ini hebat dalam mengahadapi tantangan, dan implementasikan dalam kehidupan sehari-hari anda.
  2. Explore all origins and ownership of the result, eksplor dan identifikasi hasil pemikiran anda, serta identifikasi sumber dan masalah yang sedang anda hadapi, dan pikirkan tindakan apa yang dapat dilakukan untuk merubah kesulitan menjadi peluang
  3. Analysis the evidence, analisis semua bukti yang ada setelah mengahadapi masalah tersebut, semua faktor yang mempengaruhi kehidupan kita semenjak terjadi kesulitan atau masalah tersebut.
  4. Do Something, setelah mengeksplor, mengidentifikasi, dan menganalisis kesulitan yang ada, maka lakukanlah hal terbaik untuk mengatasi kesulitan tersebut, yakinlah bahwa kesulitan  hanya sementara, jangan hanya dipikirkan tapi, Do Something!



Sumber:
1. Spirit and Soft Skill of Nursing Entrepreneur by Yosep
2. Tukang Kayu by Herry Wibowo
3. peaklearning.com
4. www.ploni.net,dll.






Selasa, 16 Oktober 2012

Resume Pengembangan Diri

Posting pertama, saya akan berbagi salah satu tugas resume artikel, tugas dari dosen saya, salah satu pakar psikologi yang sangat menginspirasi Bpk Hery Wibowo, cek artikel nya di www.pojokjayna.com yaa.


Ridha Ranailla
220110120121

Resume Artikel-artikel Pengembangan Diri
Pengembangan diri merupakan hal penting yang perlu di pelajari setiap orang, semua profesi, dan semua orang yang ingin mencapai kesuksesan dan kebahagiaan didalam hidupnya. Termasuk profesi perawat sangat perlu mengembangkan dirinya agar bisa memberikan pengaruh positif kepada orang-orang yang berada disekelilingnya. Perawat merupakan profesi yang berhubungan langsung dengan manusia. Tidak seperti engineer dengan mesin, ahli software dengan komputer, dan sebgainya. Mereka juga sebenarnya berintraksi dengan manusia akan tetapi intensitasnya tidak sebesar perawat. Sebagai perawat kita dituntut untuk memberikan asuhan holistik (asuhan menyeluruh) kepada pasien, bagaimana seorang perawat dapat memberikan asuhan tersebut tanpa mengembangkan dirinya terlebih dahulu? Oleh karena itu pengembangan diri merupakan salah satu hal yang sangat penting, dan mutlak harus dipelajari kami sebagai calon perawat professional.
Beberapa hal utama yang diangkat pada artikel ini sangat berhubungan satu sama lain, seakan memiliki benang merah  yang jika kita lakukan akan memberikan dampak yang positif bagi kehidupan kita. Dapat dirangkum sebagai berikut:
Pengembangan Diri kita sebagai remaja yang menuju tahap Kedewasaan dapat ditunjukan dalam perbaikan sistem Belajar yang lebih baik dalam jenjang Pendidikan yang lebih tinggi ini, tidak hanya itu sebagai manusia dewasa kita juga harus mampu menentukan Keputusan yang menentukan Tujuan dan belajar untuk menghapuskan segala pikiran negative dan digantikan oleh Positive feeling juga Berpikir Apresiatif, jika itu semua sudah dilakukan maka Dunia Kita akan penuh dengan Kebahagiaan dan Altruisme (berbuat baik terhadap orang lain).
Kedewasaan merupakan tahap yang akan dilalui oleh setiap orang, dapat disimpulkan bahwa dewasa adalah ketika orang memiliki ‘kebenasan yang bertanggung jawab’ merasa mempunyai kebebasan untuk melakukan pilihan dan tindakan, tapi siap untuk bertanggung jawab apapun konsekuensi yang akan datang. Oleh karena itu kedewasaan juga ditinjau dari kemampuan orang untuk menerima realitas, semua yang terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya. Menjadikan segala sesuatu yang terjadi sebagai suatu pembelajaran yang dapat diambil sisi positifnya, karena hidup untuk belajar. Hidup untuk belajar, tidak hanya pembelajaran dikelas, pengalaman dan kehidupan merupakan pembelajaran yang sangat penting pula.
Berpikir positif, mungkin sangat sulit dilakukan, mengapa? Karena terkadang banyak hal negative yang mengahantui pikiran kita. Tapi itu tergantung pada keputusan yang kita buat, jika kita memutuskan untuk terpengaruh dengan ketakutan-ketakutan kita maka kita tidak akan berkembang dan pengembangan diri ini tidak akan berpengaruh untuk kita. Mari kita putuskan hal yang lebih memberi dampak yang baik kepada hidup kita dengan mulai untuk berpikiran positive. Karena jika kita berpikir positive untuk apa yang akan terjadi dimasa depan kita maka kita akan terpacu untuk mencapai hal itu dan pada akhirnya hal positive itu akan terjadi, seperti kata Pak Hery Wibowo, kita akan menjadi apa yang kita sering pikirkan. Jangan lupa disertai dengan keikhlasan dalam menjalani setiap pekerjaan karena apabila kita menjalani segala hal dengan ikhlas maka akan datang hal yang baik pula pada kita.
Sebagai calon perawat dimasa depan banyak hal yang perlu kita pupuk dari mulai saat ini agar pada saat kita menjadi perawat semua hal itu akan tumbuh subur dan membuat kita menjadi perawat yang professional dan dapat memberi kontribusi positive bagi bangsa dan negara. Salah satunya adalah sikap Caring dan Altruisme. Perawat merupakan salah satu profesi yang sangat sulit, karena diharuskan untuk sabar dan cekatan, mendahulukan kepentingan pasien daripada kepentingan pribadi. Altruisme, membahagiakan orang lain dengan berbuat hal baik terhadap orang lain. Memberi lebih membahagiaakan daripada menerima, pada saat memberi kita merasa bahagia yang berlipat ganda karena berhasil melakukan hal baik kepada orang lain, dan bahagia melihat orang lain bahagia karena kita. Melihat orang lain bahagia karena kita, merupakan hal yang sangat indah. Oleh karena itu jangan pernah merasa rugi karena terlalu banyak memberi.
Pengembangan diri yang baik akan membuat dunia kita lebih baik dan dipenuhi hal-hal yang positive. Gabungkan semua segala hal yang diutarakan diatas, sangkut paut kan segalanya. Tidak ada hal yang merugikan bila kita melakukan sesuatu dengan ikhlas dan bertujuan baik. ‘Hidup kita adalah cermin tindakan kita’ lakukanlah hal yang baik dengan berpkir positif dan apresiatif dalam segala hal, baik itu pendidikan, kehidupan pribadi, keluarga, pekerjaan, dan semuanya, maka hidup akan membalikan semua pikiran baik itu menjadi kenyataan. Jangan lupa keikhlasan dan kerja keras, karena tanpa dua hal itu, semua akan menjadi sia-sia.